Pernah ngerasain gak sewaktu touring itu kok rasanya segala penyakit hilang blas. Entah itu sakit pinggang, sakit punggung, sakit pinggang di punggung, atau apalah. Padahal nyetir motor seharian. Tapi begitu sampai rumah kok penyakitnya pada balik lagi?
Kayaknya hal terberat dalam touring adalah sewaktu pulang. Lantaran kita mesti kembali pada rutinitas yang itu-itu lagi. Trek yang itu-itu lagi. Kembali duduk dibalik meja yang sama, memandangi layar komputer yang sama, berinteraksi dengan orang yang sama. Dan melakukan hal yang sama.
Touring seolah jadi pelarian dari kebanalan hidup. Saat tuas gas ditarik, mesin menderu dan syaraf-syaraf kita mulai mengendur. Perpindahan gigi dari satu dua tiga empat seolah membuka dimensi berbeda yang memisahkan kita dari dunia yang selama ini kita tinggali.
Jemari yang biasa menyentuh tuts keyboard kini terasa rileks menggenggam tuas gas. Pemandangan indah yang biasa dilihat di layar kaca kini dirasakan sendiri oleh kelima indra.
Semua berlangsung selama beberapa hari, tapi terasa cepat sekali. Rasanya kok baru sekali tarik gas, matahari sudah terbenam dan hari sudah malam. Dan sekali menepi tahu-tahu hari sudah berganti.
Dan pada akhirnya kita mesti kembali pada rutinitas kehidupan. Ketika gigi menjadi netral dan mesin dimatikan, kita kembali pada kehidupan yang banal. Seolah dipaksa bangun dari mimpi yang indah.
Dan kita mulai bertanya-tanya, apakah ini yang namanya kehidupan?