Apakah CB Verza motor yang ideal untuk dipakai touring? Jelas nggak! Stang bergetar, shock-breaker keras, jok keras, kecepatan lemot. Jauh dari ideal. Tapi toh itu semua bisa diakali.
Misalnya saja untuk masalah stang saya menambahkan stabilizer supaya getarannya gak terlalu terasa. Shock-breaker bisa diganti dengan produk after market. Jok bisa pakai busa tambahan. Yah seenggaknya apa yang tadinya kurang nyaman jadi tambah nyaman.
Buktinya selama melalui jalur selatan ini CB Verza saya tampil ciamik. Jalan berkelok-kelok di Pacitan, tanjakan curam di Imogiri, semua berhasil digagahi. Yang masalah itu kalau ketemu jalan lurus. Mesti sabar…..
Begitu ditarik lebih dari 60 KM/H motor langsung bergetar hebat. Berasa naik odong-odong. Yang ada saya jadi was-was. Jangan-jangan kalau digeber terus mesin malah overheat. Lha, kalau di Pantura sih gak masalah, banyak bengkel. Ini Pansela, kawan.
Namanya juga motor bapak-bapak. Wong seharusnya dipakai pergi buat dinas koperasi, ini malah dipakai touring. Weleh….
Tapi toh yang penting motor ini bisa mengantarkan saya dari titik A ke titik B dengan selamat. Tanpa rewel ini itu, tanpa mogok. Dan yang pasti gak banyak makan biaya!! Ingat, CB Verza ini motor paling irit di kelasnya lho.
Bahan bakar cukup pakai Pertalite. Konsumsi bahan bakar untuk dipakai luar-kotaan sekitar 60 kilometer per liter. Nah apa gak irit?
Kamu bayangkan saja pulang pergi Bandung – Alas Purwo, sejauh 2100KM, cuma habis bensin sebanyak Rp. 360.000. Wow!!! Coba kamu bandingkan dengan motor sekelasnya.
Jadi ya saya cukup puas sama CB Verza ini. Memang bukan motor touring sejati, melainkan cuma motor bapak-bapak yang di-touring-touring-kan. Tapi biar begitu motor ini sudah mengantar saya ke ujung timur pulau Jawa.