Baru-baru ini saya berkesempatan berkemah kembali di salah satu perkemahan hutan pinus di Lembang. Hanya sekitar 45 menit perjalanan dari rumah. Dengan motor bebek yang usianya hampir 20 tahun, perjalanan ini benar-benar menjadi petualangan yang menegangkan.
Bayangkan saja, tanjakannya bisa sampai 50 derajat, sementara bebek saya cuma 100CC dan empat percepatan. Mau tidak mau gigi 3 dan 4 puasa dulu selama tanjakan. Gak cuma itu, selama tanjakan menuju perkemahan tak terlihat satu pun tukang tambal. Kalau sampai ban bocor, selesai sudah.
Untungnya saya tiba juga di tujuan — kalau tidak saya takkan cerita.
Perkemahan di sana persis seperti apa yang diharapkan. Hamparan rumput luas diselingi pohon-pohon pinus yang berjajar rapih. Tak berapa jauh dari tempat saya memasang tenda tersedia toilet umum yang cukup bersih. Namun yang menarik adalah di sini kamu takkan bisa berkomunikasi dengan smartphone.
Dengan kata lain smartphone-mu berubah menjadi dumbphone di sini.
Tak ada sinyal, tak ada internet, tak ada listrik. Dan ketika malam tiba kamu hanya akan ditemani dengan api unggun yang telah kamu siapkan di sore hari, dan juga bintang-bintang di angkasa.
Bagi kebanyakan orang, berpisah dari smartphone membuat mereka menjadi dumb dan dipenuhi kecemasan. Pada jam pertama mereka akan merasa ada sesuatu yang kurang. Merasa tak ada yang bisa dilakukan. Karena mereka terbiasa scroll…scroll…scroll… tanpa berpikir. Sayangnya saya masih termasuk dalam “kebanyakan orang” ini.
Dan setelah beberapa jam, seseorang akan mulai kebingungan. Karena ketika mereka di rumah atau di kantor, jika sewaktu-waktu si bos tak ditempat atau rasa bosan menyergap, tinggal memainkan jempol di layar kaca dan rasa bosan lenyap seketika.
Lain bedanya ketika sendirian di hutan. Tak ada namanya Instagram, Facebook, atau TikTok. Paling banter gambar atau video yang sudah di-download sebelumnya. Itu juga bakal bosan dalam hitungan menit.
Untungnya saya selalu membawa buku kalau berkemah di hutan. Alhasil kecemasan dan rasa bosan pun teratasi. Memang betul untuk beberapa jam akan ada perasaan FOMO (Fear of Missing Out). Tapi setelah beberapa lama, apalagi setelah berganti hari, rasa itu akan hilang dan batin bakalan terasa lebih tenang.
Saya jadi teringat Noren Sterling, sang motocamper kawakan. Ia berkata, “Ketika bermotor dan berkemah, kamu harus bersahabat dengan ketidaknyamanan. Adakalanya kamu harus mengabaikan percikan api dan asap yang melubangi dan membuat jaketmu bau asap. Adakalanya juga kamu terpaksa beberapa hari tak mandi lantaran suhu tak memungkinkan atau lantaran tak ada sumber air. Kita berkemah bukan untuk mencari kenyamanan, sebaliknya kita berkemah untuk bersahabat dengan ketidaknyamanan.”