BERKEMAH – Menguak Kebenaran Tontonan di Youtube


Kamu pasti pernah nonton di Youtube bagaimana seorang petualang pergi berkelana dengan motor gagahnya, berkemah di tengah hutan tak bertuan, seorang diri. Lalu mulailah ia mendirikan kemahnya. Dan hanya ketika kemah sudah lengkap berdiri barulah hujan turun mengguyur. Anehnya selalu setelah kemah lengkap berdiri.

Sang petualang pun duduk nyaman terlindung di dalam tenda di bawah lampu temaram di tengah guyuran hujan. Sembari sesekali menggosokkan tangannya, sebuah kompor dinyalakan. Air dituang ke dalam panci yang nampak mengkilat, lalu dipanaskan di atas tungku. Bumbu disiapkan, sayuran diiris. Tak lama setelah air mendidih, mie dicelup lalu disusul dengan potongan sosis berdaging merah, dan jamur maitake yang hitam lembut.

Tak lama sang petualang pun menyantap masakannya di bawah hujan. Sementara saya di rumah yang tak kehujanan justru dibanjiri air liur.

Beberapa minggu setelah menyaksikan video itu, saya jadi penasaran ingin mencobanya sendiri. Berkemah di tengah hutan tak bertuan, dibawah rintik hujan. Persis seperti sang petualang.

Tanggal ditetapkan. Peralatan disiapkan. Mencoba meniru.

Saya berangkat dengan motor yang jauh dari gagah dan tenda yang jauh dari mewah. Tapi, seperti kebanyakan pemula, dengan harapan melimpah ruah.

Setibanya di tujuan, tenda didirikan. Tak makan waktu lama. Paling-paling cuma 15 menit. Setelah itu barang-barang dimasukkan ke dalam tenda, matras disiapkan, dan peralatan masak pun dikeluarkan.

Berhubung mentari belum terbenam, kudirikan kursi lipat yang sengaja dibawa dari rumah. Supaya bisa bercengkrama menghadap hamparan luas hutan pinus yang terurus sambil sesekali menyeruput teh hitam manis yang segera kehilangan asapnya.

Kicau burung sahut menyahut di kejauhan, diiringi semilir angin yang menghembus daun-daun pinus.

Menjelang pukul lima, ketika perut mulai berontak, langit menjadi mendung. Dan tak lama hujan rintik-rintik pun mulai membasahi tanah. Saya terpaksa kembali ke dalam tenda. Untuk sesaat saya berpikir, “Ini dia momen yang ditunggu-tunggu. Persis seperti sang petualang.”

Peralatan masak dikeluarkan. Air direbus hingga mendidih, mie dicelup, disusul dengan telur, serta bumbu rahasia yang saya dapatkan dari iklan di Youtube. Tak berani rasanya memasak di dalam tenda. Banyak bahan mudah terbakar. Tenda misalnya.

Mending masak di teras depan tenda yang luasnya tak sampai 90cm persegi.

Duduk bersila selama masak benar-benar membikin bokong dan pinggang pegal. Untung saja segera terobati dengan masakan yang telah matang. Di bawah lampu temaram, saya menyantap mie spesial pakai telur bikinan sendiri. Suara seruput dan suara rintik hujan bersusul-susulan tak mau kalah hingga akhirnya saya kelar duluan.

Masalah tiba ketika makan sudah selesai. Setelah perut kenyang, penyakit yang semula hilang kembali datang. Bokong nyeri, pinggang pegal-pegal. Pengen tiduran, tapi baru kelar makan. Pengen jalan-jalan ke luar, hujan makin deras. Mau internetan, tak ada sinyal. Akhirnya saya guling-guling di dalam tenda.

Sampai malam pun hujan tak kunjung reda. Angin malah semakin menderu dan membuat pohon-pohon berderak. Kalau berkemah di lapang terbuka mungkin tak mengapa, tapi berkemah diantara pepohonan pinus cukup beresiko. Jika angin terlalu keras menggoyang pohon dan batang yang seukuran tangan orang dewasa itu patah menimpa tenda, lumayan juga. Minimal tenda robek. Kalau beruntung, tulang tenda patah. Kalau kurang beruntung, tulang kita yang patah.

Untungnya saya bisa melewati malam itu dengan selamat. Di pagi hari saya disambut dengan awan mendung dan tanah basah. Saya berjalan-jalan mengelilingi hutan pinus yang masih berkabut. Celana digulung selutut supaya tidak terkena cipratan lumpur. Alhasil celana tetap bersih, namun kaki penuh lumpur, persis seperti anjing tetangga yang habis bermain dalam kubangan lumpur.

Nyatanya kenyataan tak sebagus tontonan di youtube. Dan kekhawatiran tak seburuk perkiraan. Biar kata tak bisa sehebat sang petualang, tapi setidaknya saya sudah mencoba. Dan ini adalah pengalaman berharga.

Apa saya akan mencobanya lagi? Tentu saja.


Leave a Reply

Your email address will not be published.

Facebook9