Touring 942KM Bandung – Dieng – Boyolali — Budget Pelajar tapi Makan Enak (PART 2)


Jam 4:30 alarm menjerit. Saya seret badan saya untuk berolahraga sebentar di sekitar hotel lalu bersiap-siap berangkat meneruskan perjalanan menuju Dieng. Untungnya saya membawa duffle bag, jadi tinggal membungkus pakaian kotor dalam plastik lalu dijejalkan dalam tas anti air tersebut.

Tepat pukul 6:30 saya bergegas tancap gas. Bukan apa-apa, langit mendung terus sejak kemarin. Biasanya menjelang sore hujan bakal mengguyur. Kalau hujannya sudah kelewat lebat, saya mending melipir untuk berteduh daripada memaksakan diri — sekalipun membawa jas hujan.

Belum lagi ini kali pertama saya pergi ke Dieng, saya takut kesorean sampai sana.

Touring 942KM Bandung - Dieng - Boyolali pake CB VERZA

Gak disangka-sangka sepanjang jalan Purwokerto-Wonosobo saya disuguhi pemandangan yang meneduhkan mata. Di kanan jalan hamparan sawah dengan padi-padi yang tengah hijau-hijaunya tegak berdiri. Sementara di sisi berlawanan rumah-rumah penduduk yang gak besar namun asri.

Uniknya lagi, kebanyakan rumah di sana punya sepetak kolam kecil untuk memelihara ikan.

Dan di ujung horison sana, gunung-gunung gagah berdiri mengangkangi area persawahan yang maha luas.

Pedesaan mungkin bukan tempat yang tepat untuk mencari uang, tapi sepertinya tempat yang tepat untuk mencari ketenangan.

Sawah demi sawah silih berganti dan tanpa terasa matahari makin meninggi. Ini kali perut saya mulai bernyanyi, minta disuapi sepiring nasi.

Sekitar pukul 12 saya kembali melewati kawasan perhutanan dengan jalan yang terus menanjak. Sepertinya rute ini jarang dilewati kendaraan. Karena semenjak tadi saya hanya berpapasan dengan beberapa mobil saja.

Namun uniknya, di jalan yang sepi ini, beberapa kali saya menjumpai baliho kuning hitam yang mempromosikan rumah makan H. Subali.

9KM lagi!
8KM lagi!
7KM lagi!

Begitu serunya.

Wah kebetulan sekali, saya pikir. Perut sudah mulai memberontak nih. Dan kalau dilihat dari promonya, jelas ini bukan rumah makan abal-abal. Kalau dia berani berpromo segencar itu tentu kualitas makanan yang disuguhkan pun gak sembarangan.

Setelah sekian menit membetot tuas gas, akhirnya muncul tulisan “1KM lagi!”. Sesampainya di sana, mulut saya sudah banjir oleh liur, perut saya mulai mengaung, tapi dompet saya gemetaran. Apalagi setelah melihat rumah makan yang bangunannya cukup besar dan luas.

Berhubung saya kaum pas-pasan, sebelum masuk ke dalam rumah makan, saya cek dulu daftar harganya melalui google.

Oh… Ternyata gak terlalu mahal. Masih bisa ditebus sama dompet yang tipis ini.

Saya ambil tempat duduk lalu langsung memesan gulai kambing, sepiring nasi putih, dan segelas es teh manis.

Tanpa menunggu lama, pesanan saya tiba. Gulai kambing dan es teh manis.

Layaknya orang kelaparan saya santap gulai berlemak itu.

Menurut saya gulai kambingnya enak banget. Daging dan gajih bercampur menjadi satu dalam kuah gulai yang gurih berlemak. Apalagi kalau dimakan panas-panas, betul-betul maknyus!

Begitu perut sudah kenyang, istirahat dengan tenang, saya langsung melanjutkan perjalanan. Karena menurut Google, Dieng sudah tak jauh lagi. Kawasan hutan ini tak lama menemani saya, karena beberapa menit kemudian saya sudah tiba di perkotaan.

Jalan yang dititi masih terus menanjak ke atas. Dan Google Map menunjukkan kalau tujuan saya sudah semakin dekat. Paling-paling hanya setengah jam lagi. Gunung-gunung tinggi menjulang di batas horison. Namun anehnya, saya tak juga melewati kawasan perhutanan. Masih juga kota kecil dengan rumah-rumah di kiri kanan jalan.

Hingga akhirnya sekitar jam 15:30 saya tiba di depan Harumi Dieng. Home stay tujuan saya.

BERIKUT INI BARANG-BARANG YANG SAYA BAWA DAN SAYA REVIEW DALAM PERJALANAN KALI INI:
+ Duffle bag The Trekkers
+ Tali kargo Hebe
+ Box GIVI E43
+ Helm Zeus ZS811C
+ Sarung tangan Scoyco
+ Oli rantai Ishima
+ Holder Smartphone MotoWolf

BACA JUGA: Touring 942KM Bandung – Dieng – Boyolali — Budget Pelajar tapi Makan Enak (PART 1)


Leave a Reply

Your email address will not be published.

Facebook9