Moto-Camping Pertama


Moto Camping pertama pake Honda Legenda

Itu dia motor yang pertama kali saya pakai berkemah di hutan. Honda Legenda tahun 2002. Mesinnya cuma 100CC, 4 percepatan, rem tromol di kedua roda. Tapi dipaksa untuk nanjak 50 derajat sambil bawa barang-barang keperluan kemah. Apa nggak kurang edan itu?

Bukan apa-apa, berhubung ini perkemahan pertama, saya masih belum tahu barang apa saja yang perlu dan apa yang tidak perlu. Bukannya membawa tas, semua barang-barang itu saya masukkan ke dalam satu keranjang besar, yang biasa dipakai buat buah-buahan, lalu diikatkan pada motor. Tampang saya sudah mirip tukang sayur.

Otomatis begitu sampai di tanjakan nafas sang Legenda pun terengah-engah. Gigi langsung turun ke satu, lantaran dua sudah tak mampu. Mesin menderu kencang sementara jantung saya ikut deg-degan, takut kalau tak kuat nanjak. Salah-salah bisa pulang ke rumah tanpa berkemah.

Di kanan jalan terlihat rumah-rumah penduduk berdiri, tak ikut doyong seperti jalanan. Di bagian kiri diisi dengan perkebunan milik warga setempat. Seekor anjing milik warga berlari ke arah saya. Saya kira si anjing sedang mengejar motor yang lagi kepayahan ini. Tapi, untungnya saya salah, ternyata anjing itu mengambil arah lain. Agak malu juga sih, masa motor begini bisa terkejar anjing.

Sekitar 20 menit berlalu hingga akhirnya saya tiba di tempat perkemahan. Entah kenapa nafas saya ikut tersengal-sengal sekalipun tak ikut berlari layaknya motor. Cukup menegangkan memang.

Peralatan diturunkan. Tenda didirikan. Karena sudah lihat di Youtube sebelumnya, tak sampai 10 menit tenda sudah berdiri. Selanjutnya tinggal menikmati perkemahan.

Matahari sudah menua dan waktunya menyiapkan makan untuk sore hari. Makanan sejuta umat saya keluarkan. Indomie. Lengkap dengan telur (yang selamat dan tidak pecah) serta sayur caisim. Kemah itu kan tak mesti mewah, begitu biasa orang kere berkilah. Tapi, ya ada benarnya juga.

Kalau kamu cukup peka, kamu pasti bisa merasakan perbedaan kentara antara makan Indomie di rumah dengan makan Indomie di pegunungan. Rasanya lebih Sedaap….

Begitu perut penuh, biasanya mata mulai memberat. Dan kalau sudah begitu enaknya baringan di atas matras. Pintu tenda ditutup, lampu senter dimatikan, lalu berbaring dengan mata kereyep-kereyep. Baru beberapa menit terlelap, punggung rasanya kayak ditusuk-tusuk. Saya jadi terbangun. Ternyata permukaan tanah tidak rata, punggung saya jadisakit semua.

Waktu itu saya belum punya sleeping pad. Jadi hanya tidur beralaskan matras alumunium. Mau miring ke kiri, tulang langsung menimpa tanah yang tak rata. Miring ke kanan malah lebih tersiksa. Tidur terlentang, pegal juga. Alhasil saya pun gak bisa beristirahat dengan tenang, kurang tidur, dan pagi harinya badan sakit semua.

Tapi, yah begitulah berkemah. Namanya juga perkemahan pertama, masih belum tahu apa-apa. Tak ada yang perlu dikeluhkan. Toh kita berkemah bukan untuk mencari kenyamanan, tetapi untuk bersahabat dengan ketidaknyamanan.

,

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Facebook9