NGEMAH kok Seharga Motor


Alat berkemah yang sekeranjang penuh dan tertutup terpal hitam nangkring begitu saja di ruang depan. Tak tersentuh. Sudah beberapa bulan ini saya belum berkemah lagi. Lantaran uang , lantaran waktu, lantaran cuaca, dan masih banyak lantaran-lantaran lainnya.

Saya intip sedikit melalui terpal berdebu itu. Di dalamnya ada tenda, kursi lipat, alat masak, sleeping pad, dan banyak lagi. Yah namanya hobi, pas lagi kepingin ya langsung dibeli. Sebetulnya harga satuannya gak mahal lho. Bisa dibilang gak ada satu item pun yang saya miliki yang harganya di atas sejuta.

Murah kan? Belum lagi ongkos ngemah di hutan itu gak seberapa kalau dibandingkan dengan menginap di hotel. Coba kamu menginap di hotel, minimal seratus ribu mesti keluar. Tapi kalau di hutan, paling banter cuma tiga puluh ribu. Itu pun sudah boleh keliling hutan sampai nyasar sekalipun.

Yang bahaya itu kalau sudah mulai ngegandrung. Sudah mulai menikmati ngemah. Kenapa?

Tanpa sadar, pelan-pelan, alat-alat mulai di-upgrade. Yang tadinya pakai frame fiber mulai diganti jadi alumunium, tadinya kursi lipat harga dua ratus ribuan, kini jadi kursi outdoor yang harganya bisa satu jutaan. Belum lagi pisau outdoor dengan bentuk ciamik yang dipakai cuma sesekali, namun mesti dicicil berkali-kali.

Masalahnya di dunia internet serba cepat ini apa pun bisa dapatkan hanya dengan sentuhan jempol. Peralatan kemah mulai dari a sampai z semua tersedia di tokopedia. Tenda seharga ratusan ribu hingga tenda seharga motor ada di sana dan bisa dikirim ke rumah saat itu juga.

Saya cuma kuatir jempol saya gak kuat menahan nafsu dan langsung mijit “masukan ke keranjang”.

Harga satuan item-item itu sih gak mahal. Tapi kalau diakumulasi bisa buat beli motor.

Kayaknya ngemah ini hobi yang murah asalkan gak benar-benar dijadikan hobi.


Leave a Reply

Your email address will not be published.

Facebook9