Paradox Tanaman Rambat


Uaadeeemmm….. Termometer ruangan menunjukan angka 24 derajat celcius. Sekalipun gak ada hujan tapi mendung kelihatan menggelantung di atas sana. Kalau sudah sore begini saya nongkrong sendiri di beranda depan ditemani segelas teh manis yang mengepulkan awan tapi tak mendatangkan hujan.

Jalanan lowong. Tukang odading yang biasa lewat sekarang gak kelihatan. Tukang bajigur sudah bulanan gak kelihatan, mungkin sudah diculik maut, gak perlu ditunggu lagi.

Lantaran gak ada yang bisa dilihat dan ditunggu, mata mulai iseng menyusuri pagar depan. Di depan sana, di tembok tempat pagar menancapkan fondasinya, terlihat satu tanaman rambat. Ya, satu tanaman rambat pada tembok.

Dibikin penasaran, saya langsung beranjak mendekati si tanaman.

Menarik sekali! Tanaman itu sangat pendek. Paling-paling cuma lima centimeter. Tapi begitu berusaha dicabut, kerasnya bukan main. Daunnya sih dengan mudah bisa diputus. Tapi batang dan akarnya alot banget. Kalau dilihat dari dekat malah lebih menakjubkan!!

Akar pohon mini itu memecah tembok beton dan menyusup ke dalam. Entah seberapa dalam. Saya cuma berpikir, tangan saya jauh lebih keras daripada batang pohon itu, tapi kalau harus memecah beton, huh nanti dulu. Bisa-bisa tangan saya yang ……

Namun pohon mini yang batangnya dapat dengan mudah ditekak-tekuk oleh tangan, justru bisa menembus dan memecah tembok beton!!

Ini bikin saya heran. Kenapa yang lentur bisa memecah beton, sementara yang keras justru dipecahkan beton?

Tanpa sadar teh saya sudah jadi dingin.


Leave a Reply

Your email address will not be published.

Facebook9