Pernah dengar nama Veramika Maikamava? Besar kemungkinan tidak. Dia adalah seorang LAGI perempuan yang tewas terseret arus ketika hendak menyeberangi Sungai Teklanika. Sungai pemisah antara Magic Bus dan peradaban.
Veramika dan suaminya berniat mengunjungi Magic Bus yang legendaris itu. Namun tak seperti McCandless yang datang ketika musim dingin dimana sungai cenderung mudah untuk diseberangi. Sepasang kekasih yang baru menikah ini justru datang ketika Sungai Teklanika sedang deras-derasnya.
Dan ketika seseorang bermain-main dengan alam liar tanpa perhitungan, habislah dia. Veramika terseret dan tertarik ke dalam air hingga tewas.
Memang kisah McCandless dan Magic Bus-nya ini punya sesuatu yang eksotis dalam dirinya. Seolah menaburkan bunga-bunga mimpi kedalam imajinasi para petualang. Seolah dengan meniru apa yang McCandless lakukan maka seseorang bisa menjadi seperti dia.
Masalahnya Magic Bus hanyalah satu keping singkat dalam potongan petualangan besar McCandless. Ingat, tak sampai empat bulan McCandless berada di sana. Dan pemikiran yang telah ia capai disana merupakan kristalisasi dari peristiwa-peristiwa yang telah dilalui sebelumnya. Bukan sekonyong-konyong mendapat ilham dari tempat itu.
Kisah Magic Bus makin menarik ketika ia menjadi semacam polemik. Di satu sisi kisah eksotis itu mengundang banyak petualang untuk berziarah ke sana, tapi di sisi lalin para penduduk setempat merasa terganggu dengan orang-orang semacam Chris McCandless yang berpetualang ke sana.
Kamu mungkin tak percaya, tapi banyak penduduk setempat yang merasa marah dengan kematian McCandless. Karena kematian itu justru menarik semakin banyak orang tolol untuk “berwisata” ke area dimana Magic Bus berada.
YA! BERWISATA! Orang yang bahkan tak memiliki pengalaman hidup di alam liar pergi ke Alaska hanya karena ingin berpertualang seperti McCandless. Mereka ingin jadi McCandless kedua! Mencoba mengimitasi tanpa memahami. Akhirnya mereka mengulang kesalahan McCandless yang juga minim pengalaman hidup di alam liar. Kelak kesalahan itu dibayar kontan dengan nyawa mereka.
Yang tak mereka pahami adalah tak seorang pun menjadi hebat hanya dengan mengimitasi petualangan dan pemberontakan orang lain.
Veramika hanyalah satu dari sekian banyak contoh orang yang ingin hidup dalam mimpi orang lain. Mungkin Veramika menginginkan sensasi yang dirasakan McCandless, mungkin pula ia ingin memberontak seperti McCandless. Tapi nyatanya setiap orang memiliki petualangannya sendiri. Pemberontakannya sendiri.
Boleh-boleh saja terinspirasi oleh seseorang. Tapi setidaknya, ketahuilah dulu apa yang membuat sang idola berpikir demikian. Bacalah buku yang dia baca.
Ketika Veramika Maikamava mati karena mencoba menjadi Chris McCandless kedua, takkan ada seorangpun mengenangnya. Tapi mungkin bakal beda ceritanya jika Veramika mencoba menjalani petualangannya sendiri, pemberontakannya sendiri.
Karena lebih baik menjadi Maikamava pertama ketimbang menjadi McCandless kedua.