Kenapa Touring Sendirian?


Touring Sendirian

“Kok doyan touring sendirian kayak gitu?” Seorang teman nyeletuk. “Gak ada teman yang bisa dibawa ya?”

Bisa jadi begitu. Tapi yang jelas saya lebih doyan ngelencer sendirian ditemani CB veza yang sering kehabisan nafas begitu ditarik 60 km/h. Wajar, namanya juga motor bapak-bapak. Dan saya juga sudah bapak-bapak. Gak kebayang kalau mesti mengimbangi rider-rider muda yang wuss wussss WUZZZZZ….

Yang ada begitu sampai tujuan langsung kerokan.

Lagian saya ini gak punya rute jelas. Gak saklek mesti lewat sini atau mesti ke situ. Kalau di jalan nemu jalur yang kira-kira menarik, ya saya ambil jalur itu. Kalau nemu tempat yang aduhai, ya nginap di situ. Nggak juga pusing soal tanggalan, toh saya selalu meluangkan waktu lebih buat touring.

Uenak toh?

Lha, apa gak kesepian di jalan? Ya nggak lah. Biarpun gak ada teman ngobrol, toh setiap melipir ke warung, setiap nongkrong di pom bensin, setiap tidur di penginapan, saya selalu ketemu orang-orang baru dengan cerita cerita baru. Cerita-cerita yang gak bakalan didapatkan kalau ngobrol sama sesama rider.

Kemarin lalu sewaktu touring sendirian ke Salatiga, saya sempat asyik ngobrol sama Mas Tebeng, empunya penginapan Sitinggil. Dia cerita banyak soal nama Sitinggil itu sendiri, soal bagaimana Sitinggil itu dibangun dan soal perlombaan paralayang yang rutin diadakan di Gunung Gajah yang letaknya persis di depan pendopo Sitinggil.

Nah, apa gak senang dapat teman ngobrol kayak gitu? Pengalaman baru kayak gitu mana mungkin kamu dapat dari kerabat atau kawan dekat.

Bukankah kita touring untuk menemukan suasana baru?


Leave a Reply

Your email address will not be published.

Facebook9