IRUP MUNG MAMPIR NGOMBE


Setelah sejam perjalanan akhirnya saya menepi di satu warung kopi di Subang sana. Lesehan sejenak, ngopi sejenak, goler-goler terus ketiduran…sejenak.

Untung ibunya baik, ngopi cuma segelas, ngegoler sampai sejam lebih.

Dari tempat saya duduk bisa terlihat hamparan kebun teh yang terbentang dari satu ujung ke ujung lain. Dan dari tempat yang sama terlihat pula muda-mudi di seberang sana asyik berdua-duaan.

Oh… Dasar laknat! Bikin sirik saja. Mereka asyik berduaan sementara saya di sini ngopi sendiri.

Tapi ya itulah istimewanya menjadi manusia biasa. Kayak kamu dan saya. Bisa ngombe dimana pun kita mau, tanpa ada yang peduli – selama bayar.

Coba bayangkan kalau kamu orang terkenal. Public figure, kalau kata orang sekarang. Mau minum di warung saja susah. Gengsi lah, takut ada yang minta foto lah, takut diomongin orang lah.

Lah…lah…lah… Mending jadi orang biasa lah.

Bener nggak?

Ada yang bilang irup mung mampir ngombe. Hidup cuma numpang minum. Sudah itu ya mati. Jadi selagi bisa dinikmati, ya nikmati saja.

Setelah mampir ngombe, saya melanjutkan perjalanan.

Untung gak ada tukang parkir. Kalau ada pasti sudah ditarik lebih.


Leave a Reply

Your email address will not be published.

Facebook9