Touring kok jauh-jauh, kata Mama


Anak Mama touring keliling negeri

Mama saya suka bilang, Touring kok jauh-jauh, mbok yang deket-deket aja?

Gak seru Ma, jawab saya. Walau sebetulnya ada jawaban yang lebih dalam, tapi kok saya merasa mereka yang gak pernah touring agak sulit memahami itu semua.

Jadi ingat waktu ke Salatiga dulu. Saya bisa berkendara delapan sampai sepuluh jam sehari. Kala magrib berkumandang rasanya semua indra sudah pada kebas dan baal. Mulusnya mesin gak terasa. Pemandangan indah gak dihiraukan. Badan sudah cuapek tenan.

Persis kayak ikutan lomba maraton menjelang garis finis.

Sesampainya di hotel, yang pertama saya kejar adalah teh kental manis panas. Sokur-sokur dapat dari hotel. Kalau gak ada ya terpaksa cari di warung. Mau mandi kok wegah, pinginnya langsung ngelingker kayak kucing.

Nah itu dia sensasi yang gak didapatkan dari mini touring. Dalam touring jarak jauh kita bukan cuma dipaksa mendorong kemampuan fisik, tapi juga dipaksa mengenalinya. Salah-salah bisa tepar di desa antah berantah.

Lebih dari itu, touring ribuan kilometer itu bukan cuma mencari sesuatu di luar sana. Dalam perjalanan jauh nan sendiri itu kita mencoba menemukan kembali diri sendiri (yang telah lama hilang).


Leave a Reply

Your email address will not be published.

Facebook9